MASA
PERUNDAGIAN
Kehidupan masyarakat sosial-ekonomi religi,dan
kebudayaan perundagian
Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal pembagian
kerja. Hal ini dapat dilihat dari pengerjaan barang-barang dari logam.
Pengerjaan barang-barang dari logam membutuhkan suatu keahlian, tidak semua
orang dapat mengerjakan pekerjaan ini. Selain itu, ada orang-orang tertentu
yang memiliki benda-benda dari logam. Dengan demikian pada masa perundagian
sudah terjadi pelapisan sosial.Bahkan bukan hanya pembuat dan pemilik, tetapi
adanya pedagang yang memperjualbelikan logam.
Pada masa perundagian kehidupan sosialnya sudah mengenal sistem
kemasyarakatan yang sudah teratur. Masyarakat hidup diikat oleh norma-norma dan
nilai. Norma-norma dan nilai-nilai ini diciptakan oleh mereka sendiri,
disepakati dan dijadikan pegangan dalam menjalan kehidupannya. Sebagaimana
layaknya dalam suatu sistem kemasyarakatan, pada masa ini sudah ada pemimpin
dan ada masyarakat yang dipimpin. Struktur ini dikatakan ada kalau dilihat dari
penemuan alat-alat untuk penguburan. Kuburan-kuburan yang ada terdapat kuburan
yang diiringi dengan berbagai bekal bagi mayat.
Model kuburan ini diperkirakan hanya untuk para pemimpin. Sistem mata
pencaharian pada masa perundagian sudah mengalami kemajuan. Keterikatan
terhadap bahan-bahan makanan yang disediakan oleh alam mulai berkurang. Mereka
mampu mengolah sumber-sumber daya yang ada di alam untuk dijadikan bahan
makanan. Cara bertani berhuma sudah mulai berubah menjadi bertani dengan
bersawah. Ada perbedaan dalam cara bertani berhuma dengan bersawah. Dalam
bertani berhuma ada kebiasaan meninggalkan tempat olahannya, apabila tanahnya
sudah tidak subur, jadi hidup mereka pun tidak menetap secara permanen.
Sedangkan dalam bertani bersawah tidak lagi berpindah, mereka tinggal secara
permanen. Hal ini dikarenakan pengolahan tanah pertanian sudah menggunakan
pupuk yang membantu kesuburan tanah. Dengan demikian masyarakat tidak akan meninggalkan
lahan garapannya. Bukti adanya kehidupan bersawah yaitu dengan ditemukannya
alat-alat pertanian dari logam, seperti bajak, pisau, dan alat-alat yang lainnya.
Sistem kepercayaan Manusia Purba Masa
perundagian
Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa
pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan
untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan
untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan
yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan
dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan
stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan
orang-orang terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan
upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya,
apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka
tanpa dibekali dengan barang-barang mewah.Upacara sebagai bentuk ritual
kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya
berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup
yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat
pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai
ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa
inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah
pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap
sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.
ARTEFAK
Benda-benda yang dihasilkan pada zaman perundagian mengalami kemajuan dalam hal
teknik pembuatan. Teknik pembuatan barang dari logam yang utama adalah melebur,
yang kemudian dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ada dua teknik
pencetakan logam yaitu
bivolve dan
a cire perdue. Teknik
bivolve dilakukan dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat
dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri dari dua bagian (kadang-kadang
lebih, khususnya untuk benda-benda besar) diikat. Kedalam rongga cetakan itu
dituangkan perunggu cair. Kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya
mengering.
Teknik
a cire perdue dikenal pula dengan istilah cetak lilin. Cara
yang dilakukan yaitu dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Cetakan
tersebut kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah itu tanah liat yang
berisi lilin itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah
dibuat. Maka terjadilah benda tanah liat bakar yang berongga. Bentuk rongga itu
sama dengan bentuk lilin yang telah cair. Setelah cairan logam dingin, cetakan
tanah liat dipecah dan terlihatlah cairan logam yang telah membeku membentuk
suatu barang sesuai dengan rongga yang ada dalam tanah liat. Pada masa
perundagian dihasilkan benda-benda yang terbuat dari perunggu, yaitu sebagai
berikut.
1) Bejana Manusia Purba Masa perundagian
Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola
hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah
Madura dan Sumatera.
2) Nekara Manusia Purba Masa perundagian
Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian
tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang
beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar
burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan
gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai
seni yang cukup tinggi.Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra,
Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara
yang bentuknya besar dan masyarakat di sana mempercayai bahwa benda itu jatuh
dari langit.Nekara tersebut disimpan di sebuah pura (kuil) di desa Intaran daerah
Pejeng. Puranya diberi nama Pura Panataran Sasih (bulan). Di Alor banyak
ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut
moko.
Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di Alor ini bergambar, bentuk hiasannya ada
yang merupakan hiasan jaman Majapahit. Hubungan antarwilayah di Indonesia
diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara.
Hal ini dapat dilihat dari Nekara yang berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei
dihiasi gambar-gambar gajah, merak, dan harimau. Sedangkan binatang yang
tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di daerah itu. Hal ini menunjukkan
bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua Asia.
Hal yang menarik lagi ditemukannya nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan
di daerah ini bergambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya yang memakai
pakaian orang Tartar. Dengan adanya gambar tersebut menunjukkan terjadi
hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan Cina. Jadi, hubungan antara
Indonesia dengan Cina sudah ada sejak zaman perunggu. .
3) Kapak corong Manusia Purba Masa perundagian
Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang
sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan
tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga
kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Ukuran kapak kecil
itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek
besar, bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya disebut
candrasa.
Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi
Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani.
Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan sebagaimana
layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak
juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti candrasa. Di
Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar
seekor burung terbang sambil memegang candrasa.
4) Perhiasan Manusia Purba Masa perundagian
Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal
ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa
gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Bendabenda
tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola
hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula
cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin
yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam
jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor,
Malang, dan Bali.
Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik.
Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara, bekal orang
yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar. Pada masa perundagian,
bentuk manik-manik mengalami perkembangan.
Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa
ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang
dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk
silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah
yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran,
Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
5) Perunggu Manusia Purba Masa perundagian
Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam
perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan
logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan
binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri,
naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca
kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana.
Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau),
Lumajang, Palembang, dan Bogor.